Sprei dan Bedcover Cantik Aneka Motif Ada Disini

Toko Sprei dan Bedcover Online

Tuesday, March 02, 2010

My Current Job: Lumayan Lah...

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat melamar pekerjaan. Udah banyak yang mengulas tentang hal ini. Dan bagi aku pribadi, jarak tempat kerja dengan rumah, gaji, dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan ilmu yang sudah aku dapat jadi pertimbangan utama.

Kalo jarak tentu saja akan mempengaruhi budget transportasi (due to the fact that I cannot ride a motorcycle) dan ngefek juga seandainya ntar hujan deres or gimana2. Gaji mah udah mutlak gak usah ditanyain. Hehe... Tapi selama pekerjaan itu bikin aku enjoy (terutama karena bidangnya sama ama ilmu yang udah aku dapet selama ini), gaji nggak seberapa besar pun gak masalah. Dan satu lagi: Suasana tempat kerja.

So far, I am really thankful to God karena temen2 kerjaku gokil2 semua. Mungkin karena pengaruh tempat kerja yang serba santai (mulai dari pakaian, jam kerja yang lumayan siang: 8.30, boleh pake sandal, bisa bikin kopi, mie instan, numpang nge-charge hape and bisa akses internet gratis dan yang paling penting nggak perlu ketemu customer.

Gimana mau ketemu, lha wong kerjaku aja jadi product reviewer (or kadang2 bikin artikel buat Ezine juga). Lokasi kerja tuh di rumahnya orangtuanya pak Bos di daerah Mayjend Sungkono Surabaya. Di perumahan dengan lokasi blok pojokan pula. Perfect. Tenang and menyenangkan. Walopun gaji biasa2 aja alias std, ya kagak apa2 lah.

Sebenernya, pengen banget aku nyambi kerja sampingan, tapi belum tau apa itu dan ama siapa aku bisa menjalankannya. Maunya sih yang masih bau2 internet begono, biar bisa sekalian kerjanya. Sambil menyelam minum nutrisari. Wkwkwkwk... Kalo dipikir2, kerja online itu enak. Gak ribet and kalo telaten bisa dapet banyak juga.

Sempat beberapa kali ingin keluar dari pekerjaanku yang sekarang, dengan dalih bisa dapet kerja yang ada jenjang karirnya. Terus terang aja nie ya, aku udah sedikit ngerasa bosen. Kalau nggak gara2 temen2 yang kenthir2, aku nggak yakin bakalan sanggup bertahan selama ini. Tapi kalo dipikir ulang lagi, aku harus berkaca pada kenyataan.

Sengotot apapun kukejar pekerjaan itu, nggak bakalan oke jadinya kalo belum rejekiku. Tempo hari pernah dapet kerjaan serupa kayak disini. Berhubung ada sesuatu hal, makanya aku nggak ambil. Ya udah deh, mungkin harus bertahan disini dulu ya. Yang paling aku hargai dari pekerjaan ini adalah peraturan yang fleksibel and bos yang punya toleransi tinggi banget.

Kebebasan macam yang aku sebutkan diatas itu kayake jarang banget ada di tempat kerja yang lain. Buktinya, beberapa temanku yang udah keluar mengeluh kalo di tempat kerjanya yang baru nggak bisa kayak di tempatku ini. Dan satu lagi, aku suka banget punya bos yang profesional. Nggak pernah marah yang meledak-ledak. Entah, apa itu efek pekerjaannya yang juga sebagai trainer. hehe...

Selama kekurangan masih bisa ditutupi dengan hal2 lain yang bisa bikin kita enjoy, nampaknya masih bisa ditolerir. Tapi kalo lama2 aku udah bosen and stuck, nggak ada jalan lain selain keluar dari sini. Betul nggak? Hehe...

Nikmatnya Menulis

Nulis bagiku bukanlah hal yang amat asing, karena pada dasarnya menulis adalah kebutuhan. Selama ini, orang2 menganggap penulis adalah para sastrawan. Padahal menurut urain yang pernah kubaca dan ditulis oleh Jonru, yang punya situsnya Penulis Lepas, pada dasarnya semua orang adalah penulis. Mereka menuliskan banyak hal yang terkadang sudah tertahan beberapa lama, mengendap dan akhirnya tertuang bersamaan dengan munculnya ide2 segar yang bakal melengkapi tulisan itu.

Sebenernya, aku nggak tau apa sih yang bakalan aku tulis. Tema spesifik nggak ada, tapi aku sekarang menikmati gerak tanganku yang nampaknya mendapat energi dari otak untuk terus menekan tombol2 keyboard dan menuliskan sesuatu. Mungkin enaknya ngomongin proses menulis aja kali ya..

Proses menulis atau proses kreatif menurutku adalah sesuatu yang sedikit misterius. walaupun seseorang bisa menjelaskan detail bagaimana ia bisa mendapatkan ide, namun tetap saja ada sesuatu yang menurutku nggak gampang untuk dijelaskan dengan kata2. Sesuatu itu tersimpan di tempurung kepala dan terkunci rapat. Nikmatnya menulis bagi tiap orang pastilah berbeda. begitupun proses mendapatkan ide.

Fakta klasik yang harus selalu diingat adalah bahwa meletakkan jari2mu diatas keyboard sambil memandangi layar komputer nggak akan bikin kamu menghasilkan tulisan yang extraordinary kalo mood nulis lagi nggak bagus dan feel nya "belum datang". So, Aku mencoba mempraktekkan apa yang dibilang oleh penulis novel muda berbakat Stefani Hid. Memang acuanku selama ini kebanyakan mereka yang bikin karya2 fiksi, because aku nggak begitu ngeh soal proses kreatif bikin tulisan or buku non fiksi.

Dia pernah bilang kalo dia nggak akan nulis kalo lagi nggak kepengen nulis. Katanya, kalo nulis dipaksakan bisa mengakibatkan writer's block atau istilahnya kebuntuan ide. Sesuatu itu kalo dipaksa2 malah nggak dateng. Dan aku setuju dengan hal itu. Menurutku, ide yang datang tiba2 adalah sesuatu yang amat indah dan patut disyukuri. Dan memang menulis sendiri bukanlah sesuatu yang mudah.

Maka, jangan anggap saya setuju dengan orang yang bilang kalo "menulis itu gampang". Nggak banget. Bagi orang berbakat mungkin akan amat mudah, dan tentu saja dengan bantuan kemauan untuk mengasahnya. Dan kesulitan menulis terutama (menurut Budi Darma) disebabkan karena kekaburan persepsi seseorang dalam memandang dan menganalisa suatu masalah. Kekaburan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan daya analisa yang lemah.

Yang jelas, menulis itu nikmat sekali. Bahkan, terkadang bisa jadi tempat pelarian yang melegakan, melebihi leganya hati setelah menceritakan masalah dan keluhan kita pada orang2 dekat. Tulisan tak akan pernah mengkhianatimu (kecuali kau meletakkannya atau mengepostnya sembarangan). Tulisan itu saksi bisu, yang tetap mengijinkanmu menjaga sejengkal lahan yang kau sebut sebagai rahasia di palung hatimu.

Bagiku sendiri, menulis cerita lebih sulit, karena aku bukan penjabar karakter yang baik. Aku lebih suka menulis kalimat-kalimat singkat atau larik-larik pendek dalam beberapa baris untuk mewakili keseluruhan perasaanku tenatng sesuatu hal. Bagaimana denganmu?

Syukuri Apa yang Ada

Judul postingan boleh aja berupa penggalan syair lagu dari D'Massiv, tapi bukan berarti kata2nya bakalan dibikin se-mellow lagunya. No no babe. Aku nggak berbakat buat jadi orang yang mellow2 begono. Ya udah lah. Sekarang, let's talk about life. Waduh, berat bangetz yah topiknya? Nggak kok, ini cuma lagi ngomongin seseorang yang kadang suka berambisi berlebihan namun suka gak mengukur kemampuan diri sendiri.

Setelah menyadari betapa bodohnya dia karena memiliki kemampuan yang super pas-pasan, yang dia lakukan hanyalah minder yang berkepanjangan dan ujung2nya takut ngapa2in. What a contrast feeling. Tapi ya emang begitulah aku. Sering kagak jelas pengennya apa, harus ngapain, dan gak bisa mengukur serta memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang benar. masih ngglambyar aja pikiran ini kemana2. Suka nggak fokus.

What about you? Nyadar atau nggak, semua orang pasti pernah ngalamin yang namanya kepengen ini dan itu disaat yang bersamaan. dan keinginan itu nampak impossible bangetz buat dipenuhin. Walopun kadang2 beberapa orang suka menerima keajaiban berupa pemenuhan keinginannya yang tiba2 aja terjadi.

Beberapa diantaranya memperoleh apa yang diimpikannya disaat dia nyaris lupa dan gak mikirin sama sekali apa yang pernah diinginkannya begitu rupa hingga dia kayaknya hampir gila kalau2 nggak bisa ngedapetin sesuatu itu. Dan orang2 beruntung yang lain justru mendapatkan banyak hal yang didalamnya merupakan gabungan antara sesuatu yang mereka sungguh inginkan, yang biasa2 aja alias nggak seberapa dikejar2, dan hal2 yang justru nggak diinginkan sama sekali.

Pemenuhan kebutuhan dan keinginan2 lain merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia, karena untuk melanjutkan hidup, mereka butuh yang namanya hal2 baru yang entah itu adalah hasil dari reproduksi yang sebelum2nya atau baru sama sekali. Gimana kalo kemudian kita termasuk dalam golongan orang yang menginginkan sesuatu tapi nggak juga kesampaian?

The best solution menurutku adalah dengan memakai prinsip lagunya D'Massiv itu. Honestly, aku terkadang juga mengalami kesulitan untuk menjadi orang yang "nrimo ing pandum" (walaupun aku juga setuju bahwa orang2 wajib berusaha namun hasil akhirnya adalah di tangan-Nya). Yang nggak boleh dilakukan adalah menyerah saat belum berusaha sama sekali, namun tetap memegang kendali diri jika memang hasil yang kita dapatkan bukan yang kita harapkan.

Aku berusaha menerima doktrin bahwa Dia lebih tau tentang apa yang kita butuhkan lebih dari diri kita sendiri. Mungkin bagi kita air hujan deras itu menyenangkan karena bisa bikin adem and seger, tapi Tuhan terkadang menurunkan hujan rintik2 karena Ia memberi kita kesempatan melihat keluar rumah dan melihat keindahan alam yang lain, bukan hanya duduk di balik jendela sambil pake selimut gara2 kedinginan.

That's the point. Kalo kita belum dikasih sesuatu yang extraordinary, mungkin kita disuruh menyiapkan mental dulu. Siapa tahu kalau kita bisa achieve impian2 kita, kita bakalan sombong. Dan kalau kita dikasih sesuatu yang great, bukan kesombongan yang harus kita nampakkan, namun rasa bangga karena kita dipercaya untuk memanggul tanggung jawab yang besar di balik sesuatu yang besar yang diberikan ke kita.